Khazraj adalah daerah asal alim besar yang bernama lengkap Syeikh Zakaria al-Anshari al-Khazraji. Sayang sekali tahun kelahiran sufi yang sangat harum namanya di dunia Islam ini tidak tercatat. Namun kiranya nama besarnya bisa menutup kealpaan sejarah. Atau kalau memang tanggal kelahiran bisa dijadikan event perayaan. Kiranya para pecinta ilmu keislaman bisa merayakannya tiap hari demi mengingat tokoh besar ini, meskipun dengan cara penambahan kelimuan.
Syeikh Zakaria datang ke Mesir
Syeikh agung yang sangat akrab di telinga para santri ini datang ke Mesir pada masa pemerintahan Qaitbay. Di Mesir ia memperdalam kelimuan di al-Azhar pada saat masih usia 18 tahun.
Tentang kisah kehidupan syekh Zakaria sejak mulai datang ke Mesir hingga akhir hidupnya, beliau ceritakan kepada muridnya, Syeikh Sya'rani : "Kamu mahu aku beri tentang perjalanan saya dari awal hingga akhir ? Maksudku supaya ilmu kamu menjadi dalam, dan seolah-olah kamu hidup dengan saya sejak dari awal". Dengan senang hati Syeikh Sya'rani menjawab tentu saja saya mahu Tuan. "Aku datang dari kampung, saat itu aku masih seorang pemuda yang lugu. Belum ada satupun tempat penampungan, juga belum ada seorangpun yang memperhatikan aku." Begitu Syeikh Zakaria mulai bercerita.
"Keadaan semacam itu tidak membuatku surut untuk memperdlam ilmu keislaman. Ibarat orang minum air lautan, semakin aku meminumnya aku semakin haus dan seperti mau meraih semuanya". Lanjut Syekh agung ini yang disimak khusyu' murid sejatinya.
"Suatu malam, aku lupa kapan itu terjadi, aku keluar mengambil kulit semangka yang tergeletak hina di samping tempat wudlu. Aku mencucinya dan makan rizki yang bagiku itu sangat berarti. Rupanya kebiasaan orang miskin yang aku jalani ini diketahui oleh seseorang yang kemudian aku ketahui bekerja di tempat penggilingan gandum. Mungkin karena iba dengan nasibku, tapi yang pasti beliau sangat baik dan berjasa dalam hidupku, orang itu membelikan aku semua kebutuhanku dari buku-buku dan pakaian. "Zakaria, jangan pernah meminta sesuatu kepada siapapun. Apapun yang kamu perlukan akan aku penuhi" demikian ucap orang mulia ini suatu ketika.
Hal ini berlangsung bertahun-tahun. Hingga suatu ketika di malam yang sepi, ketika orang-orang sedang tidur, tiba-tiba sang dermawan itu mendatangiku "Bangunlah" begitu ucapnya tiba-tiba. Aku berjalan mengikuti langkah-langkahnya dan berhenti di suatu tangga tempat bahan bakar. Tangga itu lumayan tinggi. Di tengah pikiranku yang berkecamuk mengapa aku dibawa ke tempat ini tiba-tiba orang mulia itu berkata kepadaku: "Naiklah " "Naik tangga ini ?" aku bertanya dalam bimbang. "Ya, naikilah tangga itu.
Aku menaiki tangga itu dengan pelan dan terus berpikir apa makna semua ini. Orang tua asuhku it uterus bilang, "Ayo terus naik, terus ". setelah aku sampai di puncak beliau berkata : "Kamu akan tetap hidup sementara semua kawan sezamanmu telah mati. Kamu akan unggul melebihi semua ulama Mesir. Murid-muridmu akan menjadi syekh-syekh besar. Inilah yang terjadi dalam kehidupanmu hingga tertutup penglihatanmu". "Berarti aku akan menjadi buta?" ratapku seketika. Beliau berkata: "Sabarlah itu sudah menjadi suratan wajib bagimu". Sejak saat itu, aku tidak pernah bertemu beliau lagi.
Syeikh Zakaria, aktiviti keilmuan dan kesufian
Secara konsisten Syekh Zakaria belajar, mengaji di al-Azhar. Beliau mendengarkan pengajian para ulama, para ahli fikih serta para ahli tasawwuf secara khusus. Hingga akhirnya beliau menjadi seorang tokoh aliran fikih dan tasawwuf.
Bagi sufi agung ini waktu mempunyai arti yang sangat besar. Dalam hal ini, Syekh Sya'roni berkata: "Saya telah melayani beliau selama 20 tahun. Sungguh saya tidak pernah mendapatkan dirinya lupa sedikitpun. Beliau tidak pernahmelakukan suatu pekerjaan yang tidak ada artinya, baik siang maupun malam”.
Seiring dengan merangkaknya usia, beliau selalu melakukan shalat sunnah secara sempurna. Beliau berkata: "Saya tidak ingin diri ini kembali menjadi seorang yang malas". Apabila beliau didatangi oleh seseorang yang banyak omongnya, beliau akan langsung berkata: "Kamu telah menyia-nyiakan waktukita".
Dalam waktu yang cukup lama beliau selalu menyempatkan diri untuk berdiam diri dalam sebuah khanqah saidus suada' (tempat berkontemplasinya para sufi). "Sejak kecil saya telah menyukai Thariqah kaum sufi. Kesibukanku selalu aku isi dengan membaca buku-buku mereka dan mengambil pelajaran dari tingkah laku mereka, serta berkumpul dengan para ahli tasawwuf" demikian Syekh Zakaria berujar suatu ketika.
Dalam khanqah ini beliau selalu berkumpul dengan para ahli sufi untuk mengambil manfaat dari ilmu mereka. Demikian juga mereka mengambil manfaat ilmu beliau dalam fikih dan syariat. Kehidupan beliau di dalam khonqohbanyak mempengaruhi beberapa karangan beliau, seperti syarah risalah al-qusyairi(ilmu tasawwuf), qowaid sufiah ( kaedah-kaedah sufi), serta catatan pinggir beliau dalam kitab Tafsir Baidlowi.
Kiranya sangat bermanfaat di sini untuk mengetahui sejarah khanqah saidus suada'. Tempat itu adalah pertama kali yang didirikan di Mesir. Sekaligus merupakan tempat untuk berkontemplasi Syekh Zakaria untuk waktu yang lama. Syekh Zakaria telah mempersiapkan dirinya di khanqah saidus suada' untuk menulis beberapa karangannya yang besar, sebut saja misalnya: Syarh Bukhari. Kadang-kadang beliau menyuruh muridnya Syekh Sya'roni untuk membantu menulis. Syekh Sya'roni berkata: "Tulisan saya bagus". Dia menambahkan, "Apabila saya duduk dengan beliau, seolah-olah saya duduk dengan para raja yang shalih yang arif. Mufti besar Mesir, para pangeran dan pembesar ketika duduk di hadapan beliau seperti anak-anak kecil".
Karamah Syeikh Zakaria al-Anshari
Raja al-Ghouri suatu ketika marah karena satu peristiwa. Ketika dia tahu akan kedatangan Syekh Zakariya untuk menyelesaikan masalah ini, dia memerintahkan supaya di depan rumahnya dipasang rantai. Ketika Syekh Zakariya meihat ada rantai, beliau memotong rantai tadi dengan kertas yang ada di tanganya. Selanjutnya beliau masuk bersama para penduduk.
Tertulis dalam biografi beliau, bahwa permulaan "Kasyf" (tersingkapnya rahasia ilahi) muncul setelah beliau mengarang syarah bahjah, di mana orang-orang tidak mengakui bahwa itu merupakan karangan beliau. Mereka menulis kitab al-A'ma wal Bashir sebagai komentar dan celaan terhadap beliau.
Dalam kitab ini Syekh Zakaria bercerita : "Aku adalah orang yang doanya selalu dikabulkan. Setiap aku mendoakan seseorang, maka doa permohonan itu pasti diterima". "Waktu itu aku sedang i'tikaf di sepuluh hari terakhir bulan ramadhan di Masjid al-Azhar, demikian beliau melanjutkan kisah Kasyaf –nya, tiba-tiba aku didatangi seorang pedagang dari Negeri Syam. "Mata saya telah buta kata orang itu membuka kata, "orang-orang menunjukkan saya agar datang kepadamu wahai Syekh, doakan saya supaya penglihatan saya dikembalikan" Kemudian berdoa kepada Allah memohon supaya penglihatannya dikembalikan.
"Kalau kamu penglihatanmu dikembalikan, kamu harus meninggalkan negeri ini". Begitu aku katakan kepadanya, karena dalam kasyf-ku ia sembuh dalam sepuluh hari. Juga karena aku takut jika dia sembuh di Mesir, dia akan cerita pada orang banyak.
Maka pergilah pedagang tersebut dan dikembalikan penglihatannya di Gaza (Palestina). Setelah sembuh dia mengirim surat dan saya membalasnya, "Jika engkau kembali ke Mesir, maka kamu akan buta lagi", Dan demikianlah, dia terus menetap di al-Quds sampai akhirnya mati dalam keadaan tidak buta.
Syekh Sya'roni bercerita : "Suatu hari aku mengaji pada beliau Syarh Bukhori. Di tengah-tengah aku membaca, beliau berkata padaku. "Cukup, ceritakan padaku mimpimu malam ini". Memang aku telah bermimpi aku bersama Syekh Zakaria dalam suatu kapal yang layarnya dari sutra, tampar dan permadaninya dari sutra hijau tipis, ada banyak balai-balai dan bantal dari sutra. Di situ aku melihat Imam Syafi'i duduk dan Syekh Zakaria di sampingnya. Kapal ini terus berjalan dan berhenti di pulau bak hati ikan yang sangat bagus. Ada perkebunan, buah buahan dan wanita-wanita cantik.
Selesai aku bercerita Syekh Zakaria berkata: "Kalau mimpimu ini benar, maka aku akan dimakamkan di samping Imam Syafi'i radiallahu 'anhu. Ketika Syekh Zakaria meninggal, para muridnya telah menyiapkan makam untuk beliau di Bab Nasr, lalu kawan Sya'roni yang tahu tentang mimpinya barkata: "Wahai Sya'roni, mimpimu bohong". Pada saat itu datanglah utusan dari Pangeran Khair Bik (wakil raja) sambil berkata: "Raja sekarang ini sedang sakit dan tidak mampu datang ke sini. Raja memerintahkan kalian untuk membawa Syekh Zakaria ke medan Qal'ah untuk dishalati di sana". Setelah salat, Khair Bik berkata : ”Makamkan saja Syekh Zakaria di pekuburan Syekh Najmuddin al-Khayusyani di depan Imam Syafi'i". Ini terjadi pada Dzulhijjah tahun 926 H.
Rujukan :
Ihya’ Ulumuddin (Imam Ghazali).
Bihar al-Wilayah al-Muhammadiyyah fi Manaqib A’lam al-Sufiyyah (DR. Jaudah M Abu al-Yazid al-Mahdi).
Husnul Muhadlarah (Imam Suyuthi).
Syahsiyyat Istauqafatni (DR Said al-Bouti).
Al-Kaukab al-Dzurriyyah (al-Munawi).
Mursyid al-Zuwwar ila Qubur al-Abrar (Muhammad Fathi Abu Bakr).
Masajid Misr wa Auliya’uhu al-Shalihin (DR. Suad Mahir)
SUMBER
[…] Syeikh Zakaria al-Anshari, Sufi Nan Faqih […]
ReplyDelete[…] Pengarang kitab: Syeikhul Islam Zakaria Al-Ansari As-Syargowi […]
ReplyDelete